Ketika diminta untuk mulai mempersiapkan pernikahan, saya agak bingung juga. Dana belum sepenuhnya terkumpul, tapi puji Tuhan sudah cukup lah untuk dp item-item utama. Saya mulai mengumpulkan item-item yang harus disiapkan dan menyusun prioritasinya. Segala macam sumber digunakan, mulai dari minta wedding check-list temen (thanks to Maryam dan Kak Ake) sampai blogwalking sana sini.
Karena acara akan diselenggarakan di Makassar, saya agak kesulitan menemukan wedding blog yang spesifik mengulas persiapannya. Padahal saya udah sering blogwalking ke blog-blog yang mengulas wedding prep di Jakarta, Bandung, dan sekitarnya. Mungkin memang terkait dengan kultur di daerah barat dan timur. Di daerah Jawa sana, vendor-vendor benar-benar kompetitif bersaing satu sama lain, sehingga mereka berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik. Customer juga lebih kritis dan cenderung berbagi satu sama lain. Sedangkan di daerah timur yang belum terlalu banyak saingan, ya vendor-vendornya berasa kayak raja. Kalau ngga mau pakai, silahkan cari aja yang lain. Budaya menulis juga belum terlalu melekat dengan masyarakat Timur. Tentu saja ini tidak berlaku secara general, karena ada juga vendor-vendor lokal yang pelayanannya udah oke.
Di masa-masa persiapan ini, saya belajar banyak hal.. bahkan sebelum prosesnya selesai. Saya merasakan banyaknya halangan dan masalah yang bisa saja membuat hati makin ciut dan berpikir untuk mundur. Namun, saya selalu berusaha menguatkan diri saya: If God be for us, who can be against us? Ayat itu selalu menguatkan saya dan menolong saya melalui hari demi hari di tengah kekurangan sana-sini tanpa banyak khawatir. Di sinilah saya benar-benar merasakan peran calon pasangan untuk saling mendoakan 🙂
Yess, finger crossed for the wedding thingy ~
Comments